Postingan

Mantra Terbaik

 Setelah memasuki dunia kerja dengan posisi customer service, aku jadi sadar kalau kalimat "terima kasih" benar-benar bassic manner sekaligus mantra terbaik. Bayangin kamu lagi capek-capeknya, tiba-tiba ada yang bilang "makasih ya Mba" dengan senyuman manis yang merekah di bibirnya. Bener-bener jadi obat lelah terbaik. Apalagi setelah berjam-jam bertemu customer dengan karakter yang sedikit menguras emosi.  Hm, jadi customer service juga mengajarkan ku pada banyak hal. Tentang ketelitian, kefokusan, kesabaran, tentu saja.  Dari sini juga aku sadar kalau karakter manusia itu beragam dan unik. Tentu ngga bisa disamain karena pola asuh dan lingkungan tempat mereka bertumbuh juga berbeda. Yang di besarkan dengan kasih sayang penuh, ia tumbuh menjadi pribadi yang lembut dan menghargai orang lain. Yang di besarkan dengan didikan keras, membuatnya egois dan kurang bisa menghargai orang di sekitarnya. Namun, hal ini tidak bisa di jadikan patokan umum karena hanya asumsi pri...

Sampai Kapan?

 Sampai kapan terus membohongi diri untuk terlihat baik-baik saja? Sampai kapan terus membohongi diri untuk terlihat kuat dan serba bisa? Sampai kapan terus membohongi diri tentang keadaanmu yang sebenarnya? Sampai kapan? Satu waktu, hal-hal yang kamu tutupi akan terbuka juga. Seiring waktu yang berjalan. Tidak lantas membuatmu layak menyalahkan siapa-siapa, sebab ini hanya soal waktu. Damai dan tenang yang kamu cari selama ini, apakah dengan membohongi diri sendiri? Ah, aku tidak tau pasti. Diam-diam tanpa aba-aba mungkin membuatmu tenang karena terhindar dari pertanyaan "kenapa dan  mengapa", tapi pada akhirnya semua jujur harus kamu ungkapkan, demi dirimu sendiri juga. Tidak apa ya, 120 hari sudah cukup membuatmu tenang bukan? Maka dari itu, ngga papa banget kok kalo kamu mau buka diri untuk menjawab setiap pertanyaan. Dengan versi tenangmu sendiri. Please, jangan panik ya. Ada aku disini :)

Pindah ke Kota lain

 Kalimat "ingat ngga? hidupmu pernah diselamatkan dengan pindah ke kota lain." terdengar deep bangett ya. Karena aku ngerasa relate dengan kalimat itu. Teringat lagi masa kelam di tahun 2024 lalu, dimana aku memutuskan untuk pulang ke Tanah Air. Keputusan besar yang harus aku ambil karena tidak ada pilihan selain itu. Bertahan disana dengan beragam duka dan ketidakpastian, atau berbalik ke Tanah Air dan memulai perjuangan dari titik nol lagi. Berat memang, tapi aku memilih yang kedua. Karena bagiku, dibandingkan aku terus menerus bertahan di sebuah tempat yang mana aku merasa tidak bisa berkembang lagi, dan passion ku tidak disana, lebih baik aku berbalik arah. Ya, memulai perjuangan dari titik nol lagi.  Setelah aku bertolak ke Tanah Air apakah semuanya menjadi baik-baik saja? Apakah aku merasa keputusanku sudah tepat? Tentu saja tidak. Beragam perasaan meracuni hatiku. Tangis, sesal, kecewa, dan marah semuanya campur aduk menjadi satu.  Aku marah pada Tuhan. Aku marah p...

Sekuat Bahu Anak Perempuan Pertama

  Aku seorang anak perempuan pertama dari tujuh bersaudara. Usiaku terpaut enam tahun dengan adikku yang nomor dua, yang kini tengah duduk di bangku kelas 2 Sekolah Menengah Kejuruan Swasta di kotaku. Sementara aku, aku adalah seorang mahasiswa tingkat akhir di sebuah universitas negeri di kota ku. Karena jarak yang cukup jauh dari rumah, aku pun tinggal di sebuah kostan muslimah khusus mahasiswa. Aku adalah seorang mahasiswa bidikmisi. Yang mana, harus selalu mengoptimalkan ipk di tiap semesternya supaya beasiswaku tetap berjalan. Selain menghabiskan hari-hari di kelas untuk berkuliah, aku juga mengikuti beberapa organisasi keislaman guna menambah skill dan relasiku.  Hari-hari pun berjalan dengan lancar. Sebagaimana mahasiswa pada umumnya. Kuliah, nugas, organisasi, juga sesekali main untuk merefresh isi kepala. Tidak ada hambatan yang berarti selama aku menjalani proses perkuliahan. Hingga tibalah saat dimana beasiswaku tidak bisa di gunakan lagi sebab aku sudah lebih dari ...

Kasih Sayang Tiada Batas

Dilahirkan dari keluarga yang sederhana tidak lantas membuatku mempunyai mimpi yang sederhana pula. Sedari kecil, aku di didik untuk selalu mempunyai impian dan cita-cita yang tinggi. Meskipun Ayah Ibuku bukanlah orang yang berpendidikan tinggi, tetapi semangat mereka begitu tinggi mendidik anak-anaknya agar menjadi orang sukses di masa mendatang. Pagi itu seperti biasa, Ibu membangunkanku tepat jam 5 subuh, dan menyuruhku bergegas ke mushola untuk sholat subuh berjamaah, meskipun aku masih kecil. Ya, di depan rumah kami ada mushola kecil tetapi yang mengisi kebanyakan orang-orang tua saja. Kemana mereka yang muda? Entahlah, aku tidak tau pasti. Mungkin mereka sholat dirumah masing-masing. Selepas sholat subuh, Ibu biasanya menyuruhku untuk menyiapkan buku pelajaran yang akan dibawa ketika sekolah nanti. Sebab Ibu tau, ketika malam aku tak sempat lagi menyiapkan buku-buku dan langsung tertidur. Setelah itu, Ibu menyuruhku untuk mandi. Ibu selalu menyiapkan air hangat untukku, sebab uda...

Kisah Wanita Tangguh

 Aku mengenalnya sejak 20 tahun yang lalu, ia adalah sosok wanita luar biasa yang begitu tangguh menghadapi berbagai macam ujian. Namun, aku benar-benar mengenalnya baru beberapa bulan yang lalu.  Sejak kecil, ia bercita-cita ingin menjadi Guru ataupun Dokter. Namun, semenjak dewasa ini ia merubah mimpinya, ia ingin menjadi seorang penulis, enterpreneur, dan seorang motivator. Cita-citanya itu berangkat dari dirinya yang sangat hobi membaca, kemudian menulis. Ia juga sangat hobi berbisnis dalam bidang apapun.  Dan motivator, ia ingin menjadi motivator sebab ia sadar betapa banyak orang yang down dan sangat kekurangan motivasi. Dan juga ia merasa jalan hidupnya yang begitu rumit, penuh rintangan, jatuh bangun, hingga ia bisa menjadi sekuat sekarang. Mungkin sedikit bisa dijadikan motivasi untuk orang-orang yang membutuhkan. Ia adalah sosok yang tidak pernah berhenti bermimpi.  Terkadang mimpinya sangat mustahil digapai oleh logika namun ia tak pernah menyerah sebab ia...

Tahun Penuh Makna

 Tidak terasa kita sudah berada di penghujung tahun 2022, yang berarti drama 365 hari ini sebentar lagi akan berakhir. Berbicara tentang tahun 2022, rasanya banyak sekali hal yang terjadi mulai dari yang membahagiakan sampai yang menyedihkan. Tapi aku percaya di balik kejadian-kejadian yang terjadi dapat di ambil hikmahnya sebagai pelajaran di masa mendatang.  Di tahun ini aku benar-benar bersyukur, aku bahagia karena Allah mewujudkan mimpiku untuk bisa belajar di Al-Azhar, Mesir. Aku bahagia sebab sudah sejak lama aku menginginkan untuk belajar di bumi kinanah, negeri para nabi ini. Aku bersyukur juga karena aku mempunyai orangtua yang selalu mendukung impian dan cita-citaku. Tanpa mereka, aku ga bisa sampe ke titik ini.  Aku bersyukur juga mempunyai kakak perempuan yang selalu ada disaat aku terpuruk dan bahagia. Dia sering memarahiku karena kelalaianku, tapi dia juga yang sering membantu di kala aku sangat membutuhkan bantuannya. Salah satu impianku sudah Allah wujudka...

Sendiri It's Okey

 Sejak kecil aku sangat pemalu, percaya diriku sangat rendah sekali. Bahkan ketika guru menyuruhku untuk maju dan mempresentasikan hasil diskusi kelompok, aku sangat malu. Entah apa yang membuatku malu, padahal kulihat orang lain sangat percaya diri ketika berada di depan. Mungkin itu juga karna faktor teman-temanku yang sangat usil dan suka menggodaku sehingga aku tidak bisa menahan tawa.  Aku sangat heran dengan diriku, sudahlah pemalu, tidak percaya diri, dan suka ketawa. Bahkan dulu guruku pernah berkata kalo penyakit ketawa ku sudah kambuh maka ga bisa di sembuhkan kecuali aku sendiri yang diam, haha lucu sekali mengingat masa itu.  Tapi dewasa ini aku baru mengerti tentang dua kepribadian yaitu introvert dan ekstrovert. Ketika aku mempelajarinya dan mengikuti beberapa tes psikotes dan dengan melihat sendiri ciri-ciri yang ada dalam diriku, fix aku dinyatakan introvert. Sesuatu yang dulu aku anggap sebagai kelainan ternyata bukan. Kepribadian introvert memang nyata a...

Berdamai dengan Takdir

 Matahari bersinar dengan teriknya, membakar jalanan dan sesiapun yang berjalan di bawahnya. Siang itu, Mafa sedang duduk di bawah sebuah pohon besar yang terletak di belakang rumahnya. Pikirannya menerawang jauh ke beberapa tahun silam.  Ketika itu, Mafa baru saja lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA) Swasta di Kotanya. Sebagaimana Anak-anak seusianya, Mafa tentu saja mempunyai beberapa planning untuk kehidupan kedepannya. Awalnya, ia mempunyai planning untuk masuk ke pesantren selama satu tahun. Yaa,  gap year adalah pilihannya saat itu.  Setelah itu, ia berencana untuk melanjutkan studinya di Pulau Jawa. Namun, rencana nya tidak berjalan semulus itu, lika-liku kehidupan pun mulai ia rasakan.  Pagi itu, tak sengaja ia menemukan sebuah informasi mengenai Pesantren Tahfidz Al-qur'an, karantina selama satu tahun tanpa pengabdian. Waah, tentu saja ia sangat senang dan segera memberi tahu Orang tuanya tentang kabar gembira tersebut. Tanpa banyak pertimbangan, Oran...

Segenggam Harapan

 Sore itu di depan Asrama Kemuning duduklah Mafa seorang diri. Seperti biasa ia suka menghabiskan waktu sorenya di kursi panjang depan Asrama sambil ditemani secangkir milo panas. Apalagi kalau bukan untuk halu-in masa depan berkedok murojaah hafalan, astaghfirullah. Tiba-tiba datanglah Ustad Riza dari arah samping Mafa.  "Rajin sekali Mafa Sore-sore masih duduk disini". Mafa yang tidak menyadari kehadiran Ustad Riza pun gelagapan. Eh iya ustad,Soalnya tempatnya nyaman untuk murojaah hafalan jawab Mafa. "Silahkan duduk Ustad, Ucap Mafa sambil membenarkan posisi duduknya." Ustad Riza pun duduk berseberangan dengan Mafa. Lalu beliau pun memulai Pembicaraan,"Jadi begini Mafa,Bulan depan akan di adakan MTQ( Musabaqah Tilawatil Qur'an ) Tingkat kecamatan dan pondok kita diwajibkan menyerahkan masing-masing Utusan untuk setiap Cabang Lomba. Ustad lihat hafalan Mafa bagus, Sudah cukup mutqin. Jadi,apakah Mafa bersedia untuk mengikuti cabang lomba MHQ( Musabaqah Hi...