Kasih Sayang Tiada Batas


Dilahirkan dari keluarga yang sederhana tidak lantas membuatku mempunyai mimpi yang sederhana pula. Sedari kecil, aku di didik untuk selalu mempunyai impian dan cita-cita yang tinggi. Meskipun Ayah Ibuku bukanlah orang yang berpendidikan tinggi, tetapi semangat mereka begitu tinggi mendidik anak-anaknya agar menjadi orang sukses di masa mendatang.

Pagi itu seperti biasa, Ibu membangunkanku tepat jam 5 subuh, dan menyuruhku bergegas ke mushola untuk sholat subuh berjamaah, meskipun aku masih kecil. Ya, di depan rumah kami ada mushola kecil tetapi yang mengisi kebanyakan orang-orang tua saja. Kemana mereka yang muda? Entahlah, aku tidak tau pasti. Mungkin mereka sholat dirumah masing-masing.

Selepas sholat subuh, Ibu biasanya menyuruhku untuk menyiapkan buku pelajaran yang akan dibawa ketika sekolah nanti. Sebab Ibu tau, ketika malam aku tak sempat lagi menyiapkan buku-buku dan langsung tertidur. Setelah itu, Ibu menyuruhku untuk mandi. Ibu selalu menyiapkan air hangat untukku, sebab udara pagi memanglah sangat dingin. Selepas mandi, aku bersiap-siap kemudian tak lupa sarapan pagi kemudian berangkat sekolah bersama dengan Annisa, sahabatku.

Di sekolah, waktu itu sedang melaksanakan seleksi untuk mengikuti perlombaan O2SN dan guru menunjuk aku untuk menjadi salah satu pesertanya. Aku ikut lomba mapel PKPS (PPKN & IPS). Dan itu adalah kali pertama aku mengikuti lomba-lomba.

Hari yang dinanti pun tiba. Berangkatlah kami menuju tempat perlombaan yaitu di sebuah SD di Desa sebelah. Dag-dig-dug dan keringat dingin mulai membasahi pipiku ketika aku mulai mengerjakan soal lomba tersebut. Tapi aku tetap tenang sebab Ayah dan Ibu selalu menyuruhku untuk berdoa sebelum melakukan aktivitas apapun.

Hari yang mendebarkan pun tiba. Tibalah saatnya para juri mengumumkan para pemenang. Jantungku tak berhenti berdegup ketika juri memanggil namaku dan menyatakan aku menjadi Juara 1. Ya Allah betapa bahagia dan terharunya aku waktu itu. Tentu ini tak lepas dari doa Ayah dan Ibuku. Tak sabar rasanya ingin segera pulang kerumah dan mempersembahkan piala itu untuk Ayah dan Ibu. Mereka pun turut berbahagia dan mengucapkan selamat atas kemenanganku dan tak lupa menasihati agar tidak sombong dan berusaha untuk menjadi lebih baik lagi.

Alhamdulillah, pengalamanku di masa kecil membuatku untuk terus bertumbuh dan berkembang untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Menjadi orang sukses dan membahagiakan kedua Orang tuaku. Suatu hari aku melihat sebuah acara MTQ (Musabaqah Tilawatil Qur'an) yang di selenggarakan di lapangan sekolah kami. Melihat para peserta yang begitu hebatnya, aku pun bergumam dalam hati bahwa aku pun ingin seperti mereka suatu saat nanti. Dan Allah tak pernah sedikitpun mengecewakan do'a dan harapan dari setiap hamba-Nya. Waktu itu, ketika aku menduduki bangku kelas 2 MTs, Ustadzahku menunjuk aku untuk menjadi perwakilan desaku di cabang MHQ (Musabaqah Hifzil Qur'an) golongan 10 Juz, di sebuah MTQ tingkat Kecamatan. Aku yang saat itu merasa tak mampu pun hanya bisa berpasrah diri kepada Allah, sebab ini adalah amanah dari Ustazah.

Aku Bahagia sebab ini adalah Keinginanku sedari dulu tetapi aku juga sedih sebab merasa tak mampu atas Amanah yang diberikan. Ayah Ibuku selalu mensupport aku dan mengatakan bahwa aku pasti bisa. Energi positif yang kudapatkan dari Ayah Ibuku begitu berpengaruh. Aku berusaha semaksimal mungkin mempersiapkan lomba tersebut. Ketika aku lomba, Ayah Ibuku turut hadir untuk memberikan do'a dan dukungan untuk putri tercintanya ini. 

Malam itu, tibalah acara puncak yaitu penutupan. Aku tak berharap banyak sebab kutau sainganku banyak yang lebih baik dariku. Tibalah saatnya Juri mengumumkan para pemenang dan Allahu akbar, Maha besar Allah dengan segala kebesaran-Nya. Aku pun dinyatakan menjadi Juara 1 cabang MHQ 10 juz, Alhamdulillah. Tak berhenti air mataku menetes sebab bahagia dan terharu. Ayah Ibuku pun memelukku dan mengucapkan selamat atas kemenanganku. Support dan kasih sayang dari orang-orang terdekat kita begitu penting. Sebab darinya, energi positif pun akan memancar dan membuat kita lebih semangat dan percaya diri. Terima kasih Ayah Ibuku, atas cinta kasih kalian yang begitu tulus untukku. Kasih sayang Kalian menumbuhkan semangat dalam diriku. Terkadang, sebanyak apapun orang yang mencela dan menjatuhkan kita, jika kita sudah mendapatkan kasih sayang dari orang tercinta kita, maka itu bukanlah suatu masalah bagi kita.

Setelah lulus dari MTs, aku melanjutkan pendidikan di sebuah SMA Swasta Muhammadiyah di daerahku. Aku tak begitu bersemangat sebab itu bukanlah sekolah impianku. Dulu, Aku bertiga dengan temanku pernah mendaftar ke MAN IC (Insan Cendekia). Salah satu MAN favorit di Indonesia. Tetapi qadarullah, kami bertiga tidak ada yang lulus sebab test nya memang begitu Sulit. Kami sedih, tetapi akhirnya kami pun menerima kenyataan bahwa itu bukan yang terbaik bagi kami dan kami yakin rencana Allah jauh lebih indah dari yang kami rencanakan. Kami bertiga berpisah setelah lulus MTs. Berpencar memulai hidup baru dengan impian masing-masing.

Dan ternyata benar, ketika Allah tidak mengabulkan keinginanmu maka Allah pasti mempunyai rencana yang jauh lebih baik untukmu.

Pagi itu, aku dipanggil Kepala Sekolah untuk ke ruangannya. Aku takut dan berfikir, salah apa aku hingga harus berhadapan dengan kepala sekolah. Rupanya dugaanku salah, aku bukan dipanggil karena bermasalah. Kepala sekolah pun mulai berbicara padaku. 

"Mbak,Bulan Oktober nanti ada event Olimpiade Ahmad Dahlan tingkat Nasional yang bertempat di Kota Bandar Lampung, mbak bisakan mewakili cabang tahfiz qur'an? Waktunya masih panjang 2 bulan lagi, saya harap mbak mempersiapkan  dengan sebaik mungkin. 

Keluar dari ruangan kepala sekolah, ingin rasanya aku berteriak bahagia, sebab ini adalah event besar. Pesertanya bukan hanya dari se-Kabupaten atau se-Provinsi melainkan se-Indonesia. Maka aku pun harus benar-benar mempersiapkannya dengan sebaik mungkin. Kukabarkan hal ini kepada Ayah Ibuku dan mereka pun sangat bahagia dan terus mendukungku untuk tetap semangat. Ku maksimalkan hari-hariku dalam mempersiapkan event tersebut dan tetap bertawakkal kepada Allah manakala aku merasa lelah dan tak sanggup lagi. Sahabat-sahabatku pun turut mendoakan dan menyemangatiku. Suatu kebahagiaan karena dikelilingi oleh orang-orang baik yang selalu menyayangiku bagaimanapun aku.

25 Oktober 2017, berangkatlah kami menuju kota Bandar Lampung dengan di dampingi guru kami, Bapak Iswanto. Ayah Ibuku, dan teman-temanku turut melepas kepergiaan kami dengan do'a dan harapan yang besar. Sesampainya di Kota Bandar Lampung, kami menginap di sebuah Asrama Haji, yang disiapkan oleh panitia penyelenggara. Kami langsung beristirahat sebab hari sudah malam. Besok paginya barulah kami melanjutkan jadwal kegiatan kami yaitu technical meeting, pengarahan sebelum perlombaan.

Keesokan paginya, jadwal perlombaanku. aku kaget sebab pesertanya diluar dugaanku. Aku kira hanya puluhan orang, rupanya ratusan orang. Berbagai peserta dari seluruh sekolah Muhammadiyah di Indonesia. Tapi aku harus tetap tenang dan santai, sebab guruku pernah menasihati agar aku membaca istighfar dan sholawat banyak-banyak. Benarlah kata guruku, hatiku tenang meskipun sedikit kacau. Tibalah giliranku dipanggil kedepan, di depan semua orang. Tapi kuusahakan untuk tetap tenang dan berfikir mereka tak akan memperhatikanku sebab sibuk mempersiapkan dirinya untuk maju. Tiga pertanyaan yang terdiri dari sambung ayat, sambung surah, dan membaca satu surah dengan penuh. Alhamdulillah berhasil aku jawab dengan lancar. Aku tetap optimis bagaimanapun nanti hasilnya, sebab aku sudah berusaha semaksimal mungkin. Tiga hari kami berada di kota ini, dan hari ini, 29 Oktober 2017, adalah hari yang paling mendebarkan, menegangkan, dan menakutkan. Hari pengumuman hasil perlombaan kemarin. Aku berdoa banyak-banyak dalam hati dan tak lupa menelpon Ayah Ibuku untuk meminta do'a dari mereka. Dan alhamdulillah, Maha baik Allah dengan segala Kebaikannya, Maha kuasa Allah atas segala kekuasannya. Alhamdulillah 'alaa kulli haal aku mendapatkan Juara 3 Perunggu. Sebuah kebanggan yang ingin kupersembahkan kepada sekolah ku dan terkhusus kepada Ayah Ibuku yang tak pernah lelah mendoakanku. Haru, sedih, senang, dan bahagia bercampur aduk menjadi satu dan tertumpah dalam sebuah tangisan syukur. Akhirnya usahaku selama 2 bulan ini membuahkan hasil yang manis. Begitulah kata pepatah, "usaha tidak akan menghianati hasil,tidak ada hasil yang menikung perjuangan".

Guruku pernah berpesan: "Perlombaan bukan untuk menunjukkan siapa yang terbaik, siapa yang lebih baik. Tetapi perlombaan adalah ajang untuk mengevaluasi diri sampai sebatas mana kemampuan kita dan sebagai motivasi untuk belajar lebih giat lagi. Menang bukan berarti kamu hebat, dan kalah bukan berarti kamu gagal." Begitulah pesan guruku yang masih terngiang di telingaku hingga sekarang.

Atas semua raihan prestasi selama beberapa tahun ini, ku hadiahkan terkhusus Orang tercintaku, Ayah dan Ibuku yang selama ini tak pernah lelah mendidik dan menyayangiku hingga aku tumbuh sebesar ini. Cinta kasih kalian begitu berpengaruh pada kebahagiaan dan kehidupanku, dengan cinta dan sayang kalian aku tumbuh menjadi anak yang kuat dan selalu berusaha untuk menjadi anak yang penyayang. Dengan do'a-do'a yang tak pernah lelah kalian panjatkan aku bisa tumbuh dengan sekuat ini. Terimakasih Ayah Ibuku, malaikat di kehidupanku yang selau ada untukku. Pahlawan di kehidupanku yang selalu ada disaat aku sedih dan terpuruk, cinta terbaik yang tak akan pernah meninggalkanku dalam keadaan apapun dan akan selalu menerima aku bagaimana pun aku.

Terima kasih Ayah Ibu, atas cinta dan kasih sayangmu yang tiada batas, Love you.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengelola Emosi

Cerita di Balik Cadar

Pindah ke Kota lain