Segenggam Harapan

 Sore itu di depan Asrama Kemuning duduklah Mafa seorang diri. Seperti biasa ia suka menghabiskan waktu sorenya di kursi panjang depan Asrama sambil ditemani secangkir milo panas. Apalagi kalau bukan untuk halu-in masa depan berkedok murojaah hafalan, astaghfirullah.

Tiba-tiba datanglah Ustad Riza dari arah samping Mafa.

 "Rajin sekali Mafa Sore-sore masih duduk disini". Mafa yang tidak menyadari kehadiran Ustad Riza pun gelagapan. Eh iya ustad,Soalnya tempatnya nyaman untuk murojaah hafalan jawab Mafa. "Silahkan duduk Ustad, Ucap Mafa sambil membenarkan posisi duduknya." Ustad Riza pun duduk berseberangan dengan Mafa. Lalu beliau pun memulai Pembicaraan,"Jadi begini Mafa,Bulan depan akan di adakan MTQ( Musabaqah Tilawatil Qur'an ) Tingkat kecamatan dan pondok kita diwajibkan menyerahkan masing-masing Utusan untuk setiap Cabang Lomba. Ustad lihat hafalan Mafa bagus, Sudah cukup mutqin. Jadi,apakah Mafa bersedia untuk mengikuti cabang lomba MHQ( Musabaqah Hifzil Qur'an ) Golongan 10 juz? Sejurus kemudian Mafa pun terdiam dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh Ustad Riza. Entah gemuruh apa yang Mafa rasakan di dalam dada. Ia pesimis dengan kondisi hafalan yang sesungguhnya tapi ia juga tidak ingin mengecewakan harapan Ustad Riza kepadanya. Jadi bagaimana Mafa,Apakah kamu bersedia? Ulang Ustad Riza memecah kesunyian. Dengan penuh keyakinan Mafa pun menjawab, "InsyaAllah Ustad, Dengan Ridho dari Ustad, Mafa akan berusaha semaksimal mungkin. Alhamdulillah, bagus Mafa. Semangat terus ya nak menghafalnya, Kalau butuh apa-apa bisa kabari Ustad, Bittaufiq! Baiklah, Ustad kembali ke Kantor dulu masih ada urusan, Silahkan lanjut hafalannya. Baik Ustad, Jawab Mafa dengan penuh Takzim. 

Sepeninggal Ustad Riza Mafa pun masih terdiam di tempat, Seolah tidak percaya dengan yang didengarnya barusan dari Ustad Riza. Hah, MHQ? Sebuah ajang Perlombaan paling bergengsi seantero Pesantren yang ia idamkan sedari dulu? Dan kini tawaran itu telah ada di depan matanya. Ia masih belum percaya kalau dirinya mampu seperti yang Ustad Riza katakan tapi ia juga tak ingin mengecewakan Ustad Riza, Ia tak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini.

Sebab, Pasti bukan tanpa alasan Ustad Riza memilihnya untuk menjadi Perwakilan Cabang Lomba itu melainkan beliau sudah begitu yakin kalau Mafa pasti mampu di bidang ini. Allahu akbar,Allahu akbar suara Azan pun terdengar dari Masjid Pondok Nurul Qur'an ini dan Mafa pun bergegas mengemasi barangnya untuk kemudian pergi ke Masjid untuk melaksanakan solat Magrib berjamaah. 

Seperti biasa setelah solat Magrib kami melaksanakan Halaqah qur'an, Mentasmi'kan hafalan 1 juz bersama dengan partner. Karena sore tadi Mafa mendapatkan Amanah baru maka kini bertambahlah tugasnya untuk memurojaah hafalannya. Jika biasanya ia hanya di wajibkan Tasmi' 1 juz setelah Magrib maka sekarang bertambah menjadi 2 juz dengan diselingi pertanyaan acak di setiap juz nya. Sedari dulu Mafa memang selalu menjadi santri kesayangan para Ustad dan Ustazah di Pesantren. Sebab selain Rajin, Mafa juga sangat Santun dan Penurut. Kegigihannya dalam Menghafal Al-Qur'an di buktikan dengan batas hafalannya yang sudah di atas teman-temannya. Jika yang lain menghafal 1 halaman setiap harinya maka Mafa menghafal 1 lembar setiap harinya. 

Namun satu kelemahan Mafa, Dia memang cepat dalam menghafal namun ia juga cepat lupa dengan hafalannya hingga suatu waktu ketika Mafa akan melaksanakan ujian 5 juz pertamanya ia pun harus tawaquf selama 1 bulan untuk memutqinkan hafalannya. Bukannya tidak senang berlama-lama dengan Al-Qur'an, Namun hal itu tentu sangat menyita waktu yang seharusnya ia gunakan untuk menghafal. hingga akhirnya Ustazah Wafa,ustazah yang mengampu halaqoh mafa dan teman-temannya,ia pun berkata," Mafa,saya tau kepiawaianmu dan kegigihanmu dalam menghafal,dan itu bagus. Namun tahukah kamu bahwa hafalan mutqin lebih indah daripada sekedar hafalan banyak? Mafa pun terhenyak dengan ucapan Ustazahnya. Saya tau kamu ingin cepat menyelesaikan hafalan, Tapi kalau hafalanmu tidak mutqin untuk apa? Saran saya, Mulai besok kurangilah hafalanmu menjadi 1 halaman saja dan perbanyaklah Murojaah. Saya akan lebih bahagia jika hafalanmu sedikit tapi terpegang semua fa, Kata Ustazah Wafa dengan senyum yang senantiasa mengembang di bibirnya.

Mafa masih terhenyak dengan ucapan Ustazah Wafa. Benarkah selama ini ia hanya fokus pada kuantitas dengan mengabaikan kualitas? Benarkah selama ini ia hanya ambis mengejar 'Banyaknya' bukan 'Layaknya'? Tak terasa buliran bening menggenang di pelupuk matanya. Sedih,Gelisah,Resah,Runyam semua beradu di kepalanya saat ini. Bukan ia tak terima dengan kritikan yang di terimanya, Hanya saja ia sedang merenungi apa yang telah di perbuatnya selama ini.

Hari demi hari pun berlalu,dan tibalah saatnya hari itu tiba. Hari dimana para Kafilah dari berbagai daerah disatukan dalam satu tempat untuk melaksanakan Upacara Pembukaan Acara MTQ yang kemudian dilanjutkan oleh Technical Meeting. Berdebar rasanya hati ini, Tidak menyangka bahwa ia benar-benar sudah menjadi bagian peserta dalam acara tahunan bergengsi ini. Niat dan semangat berusaha ia susun dengan rapi agar tetap terjaga hingga nanti waktunya tiba. Selepas Upacara Pembukaan dan Technical Meeting Mafa dan teman-teman lainnya di antar menuju Rumah penginapan masing-masing. 

Yaa, Karena berada di tengah Pemukiman penduduk maka Rumah penginapan Anggota Kafilah MTQ pun menyewa dari Rumah penduduk setempat. Jaga diri kalian baik-baik, Tetap jaga Adab dan Sopan santun kalian sebab walau bagaimanapun juga kita adalah tamu dirumah ini, Pesan Ustad Riza sebelum beliau kembali ke Pesantren.

Keesokan harinya, Cabang Lomba MHQ pun di laksanakan. Bagaimana hati Mafa tidak semakin berdebar ketika ia melihat saingannya adalah para Ukhti yang usianya jauh diatasnya, Yang di pikir-pikir pasti jauh lebih baik daripada Mafa, Seorang bocah berusia 17 tahun itu. Perasaan minder kerap kali hadir di hati Mafa tapi berusaha ia lenyapkan dan kembali ia yakinkan hatinya untuk tetap menjaga niat awalnya. Ini memang perlombaan tapi jangan kamu jadikan sebagai ajang pembuktian untuk membuktikan mana yang terbaik. Dengan kata lain, Jika menang berarti kamu Hebat, Kamu jauh lebih baik. Sebaliknya kalau kalah maka kamu Bodoh, Kamu tidak hebat dan kamu tidak semangat lagi menghafal. Tidak,tidak seperti itu. 

Seorang penghafal Al-Qur'an seharusnya mempunyai prinsip yang lebih tinggi daripada hal itu. Jadikan perlombaan sebagai bentuk evaluasi diri sampai sebatas mana kemampuan kita sebenarnya,begitu seharusnya, Kata Ustad Riza tempo hari sebelum hari ini tiba.

Tibalah saatnya giliran Mafa untuk tampil,dengan penuh percaya diri ia mengambil maqra' soal lalu di serahkan kepada dewan juri. Ia diberi waktu 5 menit untuk membaca Al-Qur'an dengan tilawah sebelum masuk kepada inti pertanyaannya. Dengan santai namun pasti Mafa pun melantunkan tilawahnya dan menjawab satu-persatu pertanyaan dari dewan juri. Keringat dingin mengucuri wajahnya namun ia tetap berusaha tenang hingga menyelesaikan semua pertanyaan dari dewan juri. 

"Gimana rasanya, Fa?"

tanya Nisa setelah Mafa kembali ke tempat duduk. Rasanya ga bisa dijelasin Nis,ntar kamu pasti ngerasain sendiri,jawab Mafa dengan tertawa ringan. Nisa pun hanya menyunggingkan bibirnya mendengar jawaban Mafa.

MTQ dilaksanakan selama 3 hari dengan rangkaian lomba yang saling berkesinambungan. 

Dan malam itu tepat di malam ketiga MTQ pun di tutup dengan Upacara penutupan serta pengumuman para juara. Dag-dig-dug rasanya hati Mafa sejak saat pertama ia datang ke acara penutupan ini. Tak henti-hentinya ia meminta Doa kepada Kedua Orangtuanya juga kepada Ustad-Ustazahnya supaya diberikan hasil yang terbaik yang tidak mengecewakan dirinya juga orang-orang di sekitarnya. Dan tibalah panitia membacakan pengumuman juara lomba MHQ, Berurutan dari golongan 1 juz,5 juz,kemudian 10 juz. "Juara 1 Cabang Lomba MHQ Golongan 10 juz putri diraih oleh..Panitia terdiam sejenak, Sengaja membuat para peserta semakin berdebar-debar. "Mafaza An-Nafisah dari Pesantren Nurul Qur'an". Suara panitia terdengar seperti samar-samar,Yang jelas sekarang adalah Mafa tidak lagi bisa membendung air matanya dan dengan spontan ia melakukan Sujud Syukur. Ia benar-benar tidak menyangka malam itu akan menjadi malam bahagia untuknya. Semua lelah dan sedih yang ia rasakan selama ini terbayar sudah. Ternyata semua nasihat yang diberikan Ustad-Ustazahnya sangat-sangat bermanfaat untuk dirinya. Intinya,tidak ada proses yang mudah,Tetap nikmati setiap proses dalam menghafal Al-Qur'an,Luruskan niat. Niatkan lillahi ta'ala,niatkan hanya untuk Allah saja,Allah pasti akan memberikan hikmah di balik semua perjuanganmu. Tetap semangat,semua akan indah pada waktunya, tentu saja.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengelola Emosi

Cerita di Balik Cadar

Pindah ke Kota lain