Cerita di Balik Cadar

  

Aku adalah seorang wanita dari keluarga yang biasa saja, tidak terlalu religius. Hijabku pun tidak syar'i, hanya saja menutup dada. Tapi, ketika aku mulai masuk SMA semuanya berubah. Karena sekolahku adalah swasta berbasis islam, yang mewajibkan seluruh siswinya untuk berhijab syar'i.

Nah, dari sinilah perjalanan hijrahku dimulai.

Di SMA ku, semua siswi diwajibkan memakai baju kurung dan hijab syar'i, dan untuk pertama kalinya aku mengenakan pakaian syar'i yang juga dilengkapi dengan manset tangan yang menambah kesan syar'i nya. 

Saat itu, aku masih duduk di kelas X dan aku dekat dengan seorang kakak kelas bernama Kak Ismi, anak kelas XII. Beliau bercadar, dan akhlaknya sangat santun. Dari beliau, aku pun terinspirasi untuk bercadar juga, namun keinginanku tidak disetujui oleh keluargaku. Karena, keluargaku bukan kelurga yang agamis dan lingkungan pun tidak mendukung. Akhirnya aku mengurungkan niat tersebut. 

Waktu terus berjalan, dan tibalah saatnya perpisahan kelas XII. Aku sangat sedih sebab harus berpisah dengan Kak Ismi, namun walau bagaimana pun juga hidup terus berjalan. Disaat perpisahan itu, Kak Ismi mendoakan agar aku juga bisa bercadar seperti beliau. Ah, kenangan tentang Kak Ismi masih terekam jelas di ingatanku saat ini.

Setelah lulus SMA, aku berniat untuk mondok selama satu tahun untuk memutqinkan hafalanku. Dan qadarullah, aku menemukan sebuah pesantren tahfiz yang menyarankan santri putrinya untuk bercadar. MasyaAllah, alhamdulillah. Seperti mendapat angin segar, keinginanku sedari dulu pun akan segera terwujud. Aku sangat bersyukur dan bahagia sekali❤.

Dan sejak hari itu, aku memulai hidup baruku dengan pakaian yang sangat aku idamkan dari dulu, alhamdulillah. Tenang dan sangat nyaman rasanya mengenakan pakaian ini ya Allah😥❤. 

Kemudian, setelah satu tahun akhirnya aku pun lulus dari pesantren itu. Ketika dirumah, aku masih sering lepas-pasang cadar sesuai kebutuhan. 

Ketika di Egypt, aku memutuskan untuk meneruskan kembali memakai cadar karena dengannya aku menemukan kedamaian. Memakai cadar adalah sunnah bagi wanita, namun aku memakainya real karena nyaman bukan hanya karena sunnah. Itulah mengapa aku berusaha untuk selalu mempertahankan  cadarku walau bagaimana pun akhlak ku. Rintangan demi rintangan mampu aku lewati dan aku masih beristiqamah dengan cadarku, tak ingin sedikitpun aku melepaskannya. Aku berada di Egypt selama 3 tahun, dan selama itu juga cadarku masih terjaga. 

Namun, siapa sangka. Sekembalinya dari Egypt, aku pun melepas cadarku. Tidak dengan paksaan siapa-siapa, murni karena keinginanku sendiri. Karena aku merasa, lebih baik jika tidak memakai cadarku. Meskipun pakaian tidak selalu mencerminkan akhlak, namun aku tetap memilih untuk melepasnya saja. Agar, kesucian pakaian itu tetap terjaga untuk mereka yang benar-benar baik akhlak juga hatinya. Tidak mengapa, hidayah-Nya selalu diberikan kepada orang-orang yang siap menerimanya. 

Kini, meski tidak bercadar lagi, upayakan untuk tetap berhijab syar'i ya Mill❤

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengelola Emosi

Pindah ke Kota lain