Self Love Journal -Belajar Menata Hati

-

 Aku adalah seorang perempuan muda berumur 20 tahun. Aku termasuk orang yang moodyan, mudah banget berubah moodnya hanya karna suatu hal kecil.  Contohnya, aku gak terbiasa make pasmina karna aku insecure dengan wajahku yang bulat dan akan semakin membulat kalo di pakein pasmina. Suatu hari, aku lagi pengen banget make pasmina karna liat temen-temenku pada cantik kalo make pasmina, dan aku pun pengen nyoba karna aku juga orangnya mudah penasaran, suka tantangan. 

Hari itu aku nyoba pake pasmina dan aku ngerasa aku cantik ketika pake pasmina. Karna ngerasa cantik jadi mood aku powerfull, aku selfi-selfi, aku minta di potoin juga. Hal yang gak biasanya aku lakukan. Karna aku gak pinter berpose makanya kadang aku males kalo masalah perfotoan. 

Tapi hari itu aku melakukannya karna aku merasa aku lagi cantik hehehe. Tapi belum aja aku puas dengan hasil fotoku, ada aja temenku yang usil. Dia bilang, "ini ni cocoknya jilbabnya hijau", kata dia. Iya, tapi nanti gak sesuai warnanya karna aku gak ada cadar warna hijau, kataku. Karna roknya warna hitam, jadi aku paduin aja pake jilbab dan cadar hitam. 

Terus seketika aku mikir, "eh apa iya ya aku gak cocok nyatuin warnanya". Seketika merasa insecure lah dengan mereka-mereka yang pandai dalam ber-outfit. Belum lagi dia bilang, "tumben kamu make pasmina, gak biasanya kamu pake jilbab gini". Kenapa, gak cocok ya?" kataku.

 Enggak, cuma heran aja, kata dia. Jadi dalam satu waktu itu, mood aku yang awalnya bagus mendadak berubah dong. Aku jadi males lagi foto-foto, males lagi berselfi-selfi seperti yang tadi aku lakuin. Aku akhirnya cuma duduk dan liat temen-temenku yang masih asik berfoto.

Dalam hati bilang "pengen cepet-cepet pulang, ganti baju, rebahan, udah selesai." Karna capek banget kalo nginget kejadian itu. Udahlah berusaha percaya diri dan bahagia, tapi ada aja yang berkomentar. Aku yang terlalu sensitif atau mereka yang gak pake hati? 

Kadang itu juga masih menjadi perdebatan dalam diri aku. Hufft, sabar..beginilah hidup. Semoga, suatu hari nanti aku bisa mencintai diri aku secara utuh, sampe aku gak peduli orang berkomentar apa tentang penampilan dan diri aku, semoga.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengelola Emosi

-
 Jadi orang ga enakan, selalu berusaha untuk menyenangkan orang lain, selalu berusaha untuk selalu ada, dan berusaha untuk terlihat baik-baik saja, padahal aslinya lagi ga baik-baik aja, ternyata nyesek yaa :) Stress language orang kan beda-beda ya, ada yang memilih untuk melampiaskan emosinya dengan spontan memarahi dan memaki, ada juga yang memilih untuk diam, menghindar, lalu menangis. Ga semua alasan tangis harus di kasih tau ke semua orang, kok. Aku tipe orang yang butuh menyendiri dan menjauh dari orang-orang untuk melampiaskan emosi. Meski sekedar duduk, muter playlist music mellow, self talk, atau menulis. Aku butuh itu.  Sebab, memberikan ruang untuk diri sendiri adalah salah satu bentuk self love. Emosi kita nyata adanya, dan setiap emosi (terutama emosi negatif) tentu harus di kelola dengan baik supaya tidak menjadi bom waktu yang siap meledak kapan saja. Menjadi pemaaf itu indah. Yes, i'm sure, but it's not easy. Memaafkan juga butuh proses, yang awalnya emosi mele...
Baca selengkapnya

Cerita di Balik Cadar

-
   Aku adalah seorang wanita dari keluarga yang biasa saja, tidak terlalu religius. Hijabku pun tidak syar'i, hanya saja menutup dada. Tapi, ketika aku mulai masuk SMA semuanya berubah. Karena sekolahku adalah swasta berbasis islam, yang mewajibkan seluruh siswinya untuk berhijab syar'i. Nah, dari sinilah perjalanan hijrahku dimulai. Di SMA ku, semua siswi diwajibkan memakai baju kurung dan hijab syar'i, dan untuk pertama kalinya aku mengenakan pakaian syar'i yang juga dilengkapi dengan manset tangan yang menambah kesan syar'i nya.  Saat itu, aku masih duduk di kelas X dan aku dekat dengan seorang kakak kelas bernama Kak Ismi, anak kelas XII. Beliau bercadar, dan akhlaknya sangat santun. Dari beliau, aku pun terinspirasi untuk bercadar juga, namun keinginanku tidak disetujui oleh keluargaku. Karena, keluargaku bukan kelurga yang agamis dan lingkungan pun tidak mendukung. Akhirnya aku mengurungkan niat tersebut.  Waktu terus berjalan, dan tibalah saatnya perpisahan k...
Baca selengkapnya

Pindah ke Kota lain

-
 Kalimat "ingat ngga? hidupmu pernah diselamatkan dengan pindah ke kota lain." terdengar deep bangett ya. Karena aku ngerasa relate dengan kalimat itu. Teringat lagi masa kelam di tahun 2024 lalu, dimana aku memutuskan untuk pulang ke Tanah Air. Keputusan besar yang harus aku ambil karena tidak ada pilihan selain itu. Bertahan disana dengan beragam duka dan ketidakpastian, atau berbalik ke Tanah Air dan memulai perjuangan dari titik nol lagi. Berat memang, tapi aku memilih yang kedua. Karena bagiku, dibandingkan aku terus menerus bertahan di sebuah tempat yang mana aku merasa tidak bisa berkembang lagi, dan passion ku tidak disana, lebih baik aku berbalik arah. Ya, memulai perjuangan dari titik nol lagi.  Setelah aku bertolak ke Tanah Air apakah semuanya menjadi baik-baik saja? Apakah aku merasa keputusanku sudah tepat? Tentu saja tidak. Beragam perasaan meracuni hatiku. Tangis, sesal, kecewa, dan marah semuanya campur aduk menjadi satu.  Aku marah pada Tuhan. Aku marah p...
Baca selengkapnya