Story of Love in Ibadurrohman

Page 1 

Ketika SMA aku mempunyai planning, mau mondok selama satu tahun. Ketika itu, planning ku mau mondok di sekitaran daerah Jambi. Namun, ketika sudah melihat kesana, aku merasa tidak cocok dengan lingkungannya lalu aku memutuskan untuk membatalkannya. Di tengah kebingunganku, aku menemukan info pendaftaran pondok tahfidz di fanspage facebook, dan waktu karantinanya adalah satu tahun. 

Ini yang aku cari selama ini (teriakku dalam hati). Lalu aku menceritakannya ke orang tuaku dan alhamdulillah mereka mendukung dan menyetujuinya. Lalu aku mulai mempersiapkan berkas-berkas dan materi untuk tes wawancara nanti. Di tanggal 17 juni 2020 itu adalah hari yang sangat mendebarkan karena hari itu adalah pengumuman hasil tes wawancara. 

Tepat jam 10 malam hasil pengumumannya keluar, dan alhamdulillah namaku ada diantara 20 nama-nama peserta yang lolos. Karena penerimaan santri baru kali ini kuotanya terbatas 20 santriwati. Dengan perasaan yang sangat bahagia aku kabarkan itu pada kedua orang tuaku dan mereka pun ikut bahagia mendengarnya alhamdulillah. Tiga hari setelah pengumuman, kami diharuskan menuju ke pondok, karena tanggal 21 Juni 2020 adalah acara penyambutan santri baru. 

Berat rasanya meninggalkan orang tua, keluarga dan sahabat. Tapi walau bagaimanapun ini adalah jalan yang aku pilih maka aku juga harus siap dengan segala konsekuensinya. Tepat tanggal 20 juni 2020, hari Sabtu. Aku berangkat ke Ibadurrohman diantar sama Ibuku tersayang. Karena ada kesibukan, Bapakku tidak bisa ikut mengantarkanku. 

Di hari itu aku benar-benar sedih dan bahagia karena aku akan berpisah jauh dari orang tuaku, tapi aku juga bahagia karena apa yang aku impikan akhirnya tercapai. Dan satu lagi, di pondok ini diharuskan bercadar. Dan itu adalah sesuatu yang sangat aku senangi karena sudah lama aku ingin bercadar tapi terhalang oleh lingkungan, dan disini aku benar-benar menemukan lingkungannya..masya Allah, maka nikmat Tuhan mana lagi yang engkau dustakan? Hari-hari pertama di pondok sangatlah berat karena aku tidak mengenal satupun dari teman-temanku karena mereka berasal dari berbagai daerah. 

Sebagian lagi pribumi asli Muara Enim dan sebagiannya lagi orang Palembang. Aku ingat sekali, orang pertama yang dekat denganku adalah Mbak Mepin Irasari, orang Benakat, Muara Enim. Kemana-mana aku selalu bareng sama beliau. Ke koperasi, nyuci baju, tidur sebelahan, bahkan makan sepiring berdua. 

Sering juga aku diajaknya keluar atau memang aku yang sengaja ikut beliau ke klinik, rumah sakit, bahkan jalan-jalan keliling pasar juga berdua sama beliau. Dan satu lagi temanku namanya Adelia, gadis palembang wkwk begitu aku memanggilnya karna dia juga sering manggil aku gadis jambi. Pertama kali ketemu waktu piket dapur, ternyata kami sepiket dan berlanjut bareng di piket-piket yang lainnya. Dia itu orangnya baik, lucu, ngeselin, sekaligus baperan hehe. 

Pernah waktu itu aku marah sama dia karna dia gak sabaran nunggu aku piket dia teriak-teriakin nama aku, posisinya di depan dapur ikhwan lagi ngantri makan. Kan aku malu jadinya. Terus dia ngirimin surat permintaan maaf yang isinya bikin ngakak. Seketika mood aku balik. Intinya dia itu kayak support sistem aku karna dia tu bisa memahami aku, tempat curhatku tentang semua masalah mulai dari masalah keluarga hingga pribadi. 

Dan uniknya kami juga setipe di stifin, MK kami sama yaitu "sensing introvert" dan golongan darah kami juga sama, sama-sama O. Mungkin itu salah satu faktor kenapa kami bisa cocok banget.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengelola Emosi

Cerita di Balik Cadar

Pindah ke Kota lain