Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2025

Mantra Terbaik

 Setelah memasuki dunia kerja dengan posisi customer service, aku jadi sadar kalau kalimat "terima kasih" benar-benar bassic manner sekaligus mantra terbaik. Bayangin kamu lagi capek-capeknya, tiba-tiba ada yang bilang "makasih ya Mba" dengan senyuman manis yang merekah di bibirnya. Bener-bener jadi obat lelah terbaik. Apalagi setelah berjam-jam bertemu customer dengan karakter yang sedikit menguras emosi.  Hm, jadi customer service juga mengajarkan ku pada banyak hal. Tentang ketelitian, kefokusan, kesabaran, tentu saja.  Dari sini juga aku sadar kalau karakter manusia itu beragam dan unik. Tentu ngga bisa disamain karena pola asuh dan lingkungan tempat mereka bertumbuh juga berbeda. Yang di besarkan dengan kasih sayang penuh, ia tumbuh menjadi pribadi yang lembut dan menghargai orang lain. Yang di besarkan dengan didikan keras, membuatnya egois dan kurang bisa menghargai orang di sekitarnya. Namun, hal ini tidak bisa di jadikan patokan umum karena hanya asumsi pri...

Sampai Kapan?

 Sampai kapan terus membohongi diri untuk terlihat baik-baik saja? Sampai kapan terus membohongi diri untuk terlihat kuat dan serba bisa? Sampai kapan terus membohongi diri tentang keadaanmu yang sebenarnya? Sampai kapan? Satu waktu, hal-hal yang kamu tutupi akan terbuka juga. Seiring waktu yang berjalan. Tidak lantas membuatmu layak menyalahkan siapa-siapa, sebab ini hanya soal waktu. Damai dan tenang yang kamu cari selama ini, apakah dengan membohongi diri sendiri? Ah, aku tidak tau pasti. Diam-diam tanpa aba-aba mungkin membuatmu tenang karena terhindar dari pertanyaan "kenapa dan  mengapa", tapi pada akhirnya semua jujur harus kamu ungkapkan, demi dirimu sendiri juga. Tidak apa ya, 120 hari sudah cukup membuatmu tenang bukan? Maka dari itu, ngga papa banget kok kalo kamu mau buka diri untuk menjawab setiap pertanyaan. Dengan versi tenangmu sendiri. Please, jangan panik ya. Ada aku disini :)

Pindah ke Kota lain

 Kalimat "ingat ngga? hidupmu pernah diselamatkan dengan pindah ke kota lain." terdengar deep bangett ya. Karena aku ngerasa relate dengan kalimat itu. Teringat lagi masa kelam di tahun 2024 lalu, dimana aku memutuskan untuk pulang ke Tanah Air. Keputusan besar yang harus aku ambil karena tidak ada pilihan selain itu. Bertahan disana dengan beragam duka dan ketidakpastian, atau berbalik ke Tanah Air dan memulai perjuangan dari titik nol lagi. Berat memang, tapi aku memilih yang kedua. Karena bagiku, dibandingkan aku terus menerus bertahan di sebuah tempat yang mana aku merasa tidak bisa berkembang lagi, dan passion ku tidak disana, lebih baik aku berbalik arah. Ya, memulai perjuangan dari titik nol lagi.  Setelah aku bertolak ke Tanah Air apakah semuanya menjadi baik-baik saja? Apakah aku merasa keputusanku sudah tepat? Tentu saja tidak. Beragam perasaan meracuni hatiku. Tangis, sesal, kecewa, dan marah semuanya campur aduk menjadi satu.  Aku marah pada Tuhan. Aku marah p...